Tak malam tak siang
tak panas tak dingin
duka selalu ada di persimpangan jalan
tubuh kurus dengan pakaian kusam
mainkan gitar lagukan
syair tentang kehidupan
coba mengetuk hati para pengendara
yang berhenti sementara
Pada setiap sorot matanya
isyaratkan kepiluan yang mendalam
anak sekecil itu
sudah memikul beban hidup berton ton
tapi masih ada saja yang memandang sinis
menganggapnya sampah jalanan
yang merusak keindahan kota
sebenarnya mereka sama kok dengan kita
sama sama mengais rezeki
ingin hidup dan makan
Di ruang jiwa aku bertanya pada ibu pertiwi
mengapa kau titipkan mereka pada menteri?
yang tak ada di kepalanya selain diri sendiri
dan kau tahu ibu!
mereka terlantar menengadah
di tengah kota mengharap kasih para pemberi
Ibu......
rumah mereka terinjak kemewahan para koruptor
mereka beratap pepohonan berdaun rindang
berkasur lembut pafing trotoar
panas siang angin malam
selalu menyelimuti tubuh mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar